Sajak Seonggok Jagung

 Seonggok jagung di kamar

dan seorang pemuda

yang kurang sekolahan


Memandang jagung itu,

sang pemuda melihat ladang;

Ia melihat petani;

Ia melihat panen;

dan suatu hari subuh,

para wanita dengan gendongan

pergi ke pasar…


Dan ia juga melihat

suatu pagi hari

di dekat sumur

gadis-gadis bercanda

sambil menumbuk jagung

menjadi maisena.

Sedang di dalam dapur

tungku-tungku menyala.

Di dalam udara murni

tercium bau kue jagung.


Seonggok jagung di kamar

dan seorang pemuda.

Ia siap menggarap jagung.


Ia melihat kemungkinan

otak dan tangan

siap bekerja


Tetapi ini:

Seonggok jagung di kamar

dan seorang pemuda tamat SLA

Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.

Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.


Ia memandang jagung itu

dan ia melihat dirinya terlunta-lunta

Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik.

Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik

etalase ia melihat saingannya naik sepeda motor.


Ia melihat nomor-nomor lotre.

ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.

Seonggok jagung di kamar

tidak menyangkut pada akal,

tidak akan menolongnya.


Seonggok jagung di kamar

tak akan menolong seorang pemuda

yang pandangan hidupnya berasal dari buku,

dan tidak dari kehidupan.

Yang tidak terlatih dalam metode,

dan hanya penuh hafalan kesimpulan.

Yang hanya terlatih sebagai pemakai,

tetapi kurang latihan bebas berkarnya.

Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

Komentar

Postingan Populer